Mitos di Desa Jembarwangi
Brahala
Di antara rimbunnya hutan dan senyapnya malam di Desa Jembarwangi, beredar cerita tentang sesosok makhluk yang hanya muncul di waktu-waktu tertentu—saat kabut turun dan alam menahan napasnya. Konon, ia bertubuh seperti musang besar, berbulu coklat tebal, matanya kuning menyala dalam gelap, dengan cakar tajam dan taring yang menyembul samar dari rahangnya. Tapi yang paling menggetarkan bukanlah rupanya, melainkan suaranya—mirip kambing, tapi terdengar jauh lebih dalam, serak, dan menggema dari semak yang tak terlihat.
Warga menyebutnya dengan nama yang tidak pernah dilafalkan keras-keras; Brahala. Makhluk ini dipercaya sebagai penjaga wilayah tua, muncul hanya pada saat-saat tertentu untuk menjaga keseimbangan yang tidak kasatmata. Beberapa pelintas malam mengaku pernah melihat bayangannya melintas cepat di antara pohon, sementara yang lain hanya mendengar suaranya dari kejauhan—cukup untuk membuat bulu kuduk berdiri.
Misteri ini hidup berdampingan dengan warisan sejarah desa—dari makam kuno Eyang Buyut Kamijah hingga singkapan batuan purba di Pasir Panghajatan. Semua menjadi bagian dari lanskap yang tak hanya menyimpan sejarah, tapi juga mitos yang berdenyut pelan di balik dedaunan.
Datanglah, jika kamu berani mendengar bisikan hutan dan ingin merasakan kehadiran sesuatu yang lebih tua dari sejarah itu sendiri. Di Jembarwangi, cerita tidak hanya ditulis di buku—ia hidup, mengendap, dan kadang muncul dalam bentuk yang tak pernah kamu duga.

